Matahari yang sama…lelah terangkum dalam senja…segaris mendung terajut kabut mewarnai safa ambang malam itu… Furi,seorang wanita setengah baya termenung memilin rambut hitamnya….
Tergambar sulaman kepedihan dari rona wajah manisnya…yang terbiasa di ronai senyum ketabahan….
“furi,masuklah tidak baik menjelang maghrib melamun”
Teguran itu tiba-tiba menyontakkan perjalanan kenangan furi….
“iya kak sebentar lagi aku masuk”
Malas furi menjawab..merasa terganggu dengan kata – kata kakaknya…
Sambil tetap memilin rambut hitamnya furi menatapi langit yang hamper menghitam…
“…mas..seandainya dunia berhenti berputar hati tetap kujaga tiada pernah ku ingkar…”
Seolah menitip pesan pada langit,untuk sang kekasih yang menunggunya di nirwana….
Mengembang kembali air mata saat semua terlukis lekat indah dalam lorong waktu yang berakhir dengan kepedihan….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
“mas, buatku perceraian yang aku alami ini membuatku trauma dengan sebuah perkawinan”
“tapi yank..sebuah pernikahan tidak akan selalu sama,aku sangat mencintaimu,dengan segala kekuranganmu,aku juga mencintai masa lalumu dan anak – anakmu,harus dengan cara apa aku buktikan bahwa pernikahan kita nanti tidak akan sama dengan pernikahanmu yang gagal dulu”
“aku tau mas,tapi rasa takut itu belum bisa membuat aku menerima pinanganmu”
“yank…aku juga pernah gagal,tapi aku berani mencoba lagi,ayolah yank…jangan ketakutan masa lalumu itu nanti memenjarakan dirimu terus”
“lagi pula hubungan kita sudah terlalu lama,apa selamanya kita akan begini terus yank….Kita makin tua,anak – anakmu juga pasti ingin melihat ibunya ada yang menjaga”
Furi hanya diam….
Trauma kegagalan dalam mengarungi kehidupan berumah tangga membuatnya seolah tidak berani memulai lembaran baru lagi,walau tidak furi pungkiri,dia amat mencitai surya….
“mas aku juga takut tidak bisa memberi mas kebahagiaan,dan aku juga takut tidak bisa memberi mas keturunan”
“mas taukan ke 3 anakku terlahir dengan caecar dan itupun dengan jarak kelahiran yang sangat lama,apalagi usiaku sekarang sudah mendekati 40 tahun”
“sayank..dengarkan aku,kalaupun aku memiliki niat menikahimu bukan karena aku ingin memiliki keturunan,aku tau dari pernikahanku yang lalupun aku belum berhasil memiliki keturunan,ya..kalaupun nanti tuhan memberi kepercayaan kita memiliki keturunan ,pastinya aku akan sangat bahagia,tapi kalaupun tuhan belum memberi, sudah ada anak - anakmu buatku anak-anakmu juga menjadi anak ku”
Terharu furi mendengar penuturan surya…
Diraihnya tangan surya…di antara bekunya malam dan bias bulan yeng menemani percakapan mereka furi member janji…
“beri aku waktu 2 bulan ya mas,setelah itu pinanglah aku”
Surya membuncah seri diantara lekuk senyumnya…
“terimakasih yank….sayang banget sama kamu”
Sambil mengecup kening furi…tergambar kelegaan di wajah surya….
Janji hati itu terpahat di antara selaksa bintang,bulan dan nafas malam ..
Janji cinta yang sakral..tautan yang diharapkan membawa rona bahagia untuk surya dan furi….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Pagi itu,seperti biasa,furi sudah siap untuk melaksanakan aktifitas sehari – harinya…
Kriiiinggg…kriiinggggg….
Nada panggil telepon rumah mengehentak-hentak….
“halloo…selamat pagi..”
“yank,ini aku”
Suara bariton surya terdengar dari seberang sana…
“ada apa mas,tumben pagi-pagi telepon,gak kerja..?”
“yank..aku gak masuk kerja nie dari tadi malam badanku rasanya gak karuan,kepalaku berat banget”
“mas sakit…kenapa tidak kabari aku dari tadi malam..”
Cemas furi menjawab…
“ah..tidak parah banget kok..”
Pelan dan sedikit tersendat seolah menahan sakit,surya menenangkan kecemasan furi…
Tiba-tiba terdengar suara telepon jatuh…
Bruuukkk…!..bruuuk..!....
“mas…!..mas..!!!
“haloo..haloooo!!!!..mas..apa yang terjadi mas..!!!!”
Tuuuuuuttttttt…..heningggg..tidak ada respon…
Cepat,furi lari ke garasi diraihnya kunci motornya dengan kecemasan dan kegelisahan yang tiba-tiba menyelubungi hatinya,di pacunya motornya…
Kerumah surya….
Sesampainya disana,furi melihat sebuah mobil ambulance tengah memasukkan tubuh surya yg tergeletak pingsan….
“mama apa yang terjadi..?”
Cemas sekali furi bertanya kepada mama surya..
“tidak tau nak,tiba-tiba surya pingsan,tadi dia Cuma bilang nyeri kepala dan badannya lemas semua,tadi saat surya telepon kamu tiba-tiba dia pingsan”
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Bau obat – obatan menyengat ujung penciuman furi,di depannya tertidur..dengan lemas sang kekasih ..surya…dengan segala peralatan medis yang menempel ditubuh surya..
“mas..bangunlah…lihat aku mas…ingat janjiku saat itu 2 bulan lagi,dan kini saat itu sudah habis,tepat 2 bulan…aku mau kamu nikahi mas…aku sudah berani memulai kehidupan baru lagi denganmu”
Sendu dengan linangan airmata furi menggenggam dan berusaha berkomunikasi dengan surya yang ternyata setelah serangkaian pemeriksaan surya terkena kanker tulang sum-sum….
Dan telah memasuki stadium akut….
Furi tidak menyangka surya akian sakit separah ini selama ini,surya sehat,pola hidupnya teratur,surya juga tidak pernah mengeluh sakit selama ini…
Memasuki 4 hari kondisi surya semakin menurun…..
Malm itu seperti biasa furi tidak beranjak sedikitpun dari sisi surya…
“mas…kenapa belum bangun juga..mas kasihani aku,aku tidak mau hidup tanpa mas..”
“mas,maafkan aku kalau selama ini menggantung hubungan kita,cepat..bangunlah,kita menikah mas”
Sesal..ya..penyesalan begitu dalam tergulir dari tiap kata furi..
Mengingat bagaimana rasa sayang dan begitu tulusnya surya selama lebih dari 4 tahun menjadi kekasihnya…
Mengingat bagaimana dia selalu menolak keinginan tulus surya untuk menikahinya…..
Mengingat betapa egoisnya furi,hanya demi ketakutan akan masa lalunya ,furi menyia-nyiakan keinginan suci surya…
Tiba-tiba…
Surya tersengal…..
Grafik rekam jantung ramai sekali…furi panik …
“mas..ada apa mas..mana yang sakit,mas..kenapaaaaaaa…??”
Dengan tangan gemetar furi menekan bel pemanggil para medis…beberapa saat datanglah para perawat dan dokter…
“mbak furi sebaiknya keluar dulu,kondisi mas surya kritis..!”
menyerupai perintah intruksi perawat itu..
Furi dengan enggan keluar kamar ICU dimana kekasihnya tertidur dalam kondisi koma 4 hari ini….
“tuhan sang pemilik hidup berilah yang terbaik buatku dan mas surya..apapun yang terjadi beri hambamu ini keikhlasan dengan apa yang engkau takdirkan”
Lantunan doa harap kekuatan itu tak henti bergema pelan dari bibir furi…
Hanya ingin menguatkan diri bila apa yang diharapkan tidak sesuai keinginan dirinya…
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Setengah jam telah lewat bagai menanti palu akhir sebuah kisah…furi tetap berdiri dibalik kaca pemisah ruang tunggu dan kamar dimana surya sedang mendapat penanganan medis…
Ditemani mama dan beberapa kerabat surya yang tidak kalah cemasnya….
Sesaat kemudian seorang dokter membuka pintu ruang ICU…..
“mbak furi dan mama surya,mari ikut saya sebentar ada yang ingin saya bicarakan”
Ada nada kepasrahan disana….
Setelah tiba diruang dokter furi terduduk lemas…disampingnya mama surya dengan mata sembab menunggu kabar dari dokter paruh baya itu…
“mbak dan ibu,kami sebagai tim medis sudah berupaya sepenuhnya,mas surya mengalami kanker tulang sum – sum yang sudah akut,entah karena tidak merasakan atau bagaimana mas surya ketahuan setelah stadium yang sudah tinggi”
Bagai tersambar petir furi dan mama surya…
“apakah bisa disembuhkan dokter,tolonglah dokter….dia anak saya satu – satunya”
Meratap mohon dari sang bunda…..
Terkunci kata yg ada di benak furi….
“maaf bu,kita hanya bisa membantu member obat pengurang rasa sakit itupun tergantung daya tahan tubuh mas surya ,kita hanya bisaberdoa memohon keajaiban tuhan”
Ya…seperti itulah umumnya seorang dokter mengabarkan berita tidak baik dan memberi harapan kepada keluarga pasien
“dokter,apakah mas surya sangat kesakitan…apakah dia merasakan sangat tersiksa..?”
Bagai turut merasakan apa yang di derita surya furi ingin lebih meyakinkan….
“iya mbak,dan sangat luar biasa semangat hidup mas surya sampai detik ini masih bertahan hidup”
“bolehka kami menemui dia dokr,tersendat furi memohon”
“baiklah ibid an mbak furi temui dia…beri semangat dalam hidupnya”
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Semua sudah berkumpul…
Petugas – petugas dari KUA Kerabat dekat beradatngan,beberapa tim medis dan dokter tidak memakai warna putih….
Beraneka warna busana yang mereka kenakan…..
Furi…cantik sekali,meski pias masih menopeng di raut mukanya namun dengan mengenakan kebaya putih tulang,dengan sanggul modern yang dililit bunga melati….
Kamar itu disulap seperti ruangan pesta…
Yang sederhana dan romantis…bertaburan bunga melati ditiap ujung kamar….
Walau infus dan perekam jantung serta oksigen masih gagah menggelayuti tubuh surya….
Ya…hari itu atas permintaan surya dan furi,pernikahan dilangsungkan…..
“saya nikahkan,surya bin harjono dengan adik saya furi tiara binti zaelani,dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan sepasang cincin kawin seberat 5 gram tunai”
Erat jabat tangan abang furi menggengam dingin dan rapuhnya tangan surya…
Dengan suara yang makin melemah…..surya menjawab ijab qobul itu,berusaha menatap kedalaman mata furi,berusaha berjanji dalam keyakinan hati dan kasih tulusnya….
“saya terima nikah dan kawin nya,furi tiara binti zaelani dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan sepasang cincin kawin seberat 5 gram tuna”
….beberapa kerabat ,dokter dan penghulu saling bertukar pandang…
”sah…”….
Ya…sah…furi telah resmi menjadi nyonya surya…
sebuah peristiwa yang telah 4 tahun dinantikan surya…
Furi mendekati surya,dipeluknya suaminya,diciumi kedua belah pipi pias itu…diciumnya tangan surya…..
“mas…kita sudah menjadi suami istri…”
Mencoba tersenyum furi….
Satu para dokter,perawat dan kerabat,mengucapkan selamat kepada mempelai itu…
Penuh senyum kebahagiaan dan keharuan yang mendalam…
“yank…terimakasih..akhirnya kamu mau aku nikahi…”
Pelan nyaris hilang suara surya….
….ah mas…tibakah waktu kita berpisah..batin furi saat melihat semua alat bantu medis semakin melemah…..
“yank…waktuku sudah habis….aku bahagia…sangat bahagia karena telah menjadi suami mu,maafkan aku tidak bisa lebih lama menjagamu,titip hatiku sayang…”
Sambil membelai wajah furi,yang dipenuhi air mata…surya berusaha tersenyum…
“jangan menangis sayang…ingat kita pengantin baru”
Surya mencoba bercanda….
Furi pasrah,ikhlas….diciumnya kening surya…sudah mulai dingin…..
“mas…pergilah duluan….aku tidak mau mas selalu menahan sakit…pergilah,aku ikhlas…”
“pergilah mas,pergilah sayang…istirahatlah…aku akan selalu mendoakanmu dengan cintaku dengan hatimu yang kau titipkan padaku”
Parau suara furi….sesak dadanya…..
“yank…aku akan menuggumu di nirwana..dengan cinta yang sama saat aku bertemu denganmu dan berpisah denganmu…….”
Itulah kata – kata terakhir yang mampu diucapkan surya…..
Itulah janji cinta terakhir surya….
Itulah senyum terakhir surya yang melekat di hati furi……
“selamat jalan suamiku…selamat jalan kekasihku,selamat jalan belahan jiwaku…”
Furi terisak memeluk raga surya…..yang hanya tinggal jasad…..
Entah telah berada dibagian langit mana jiwa surya berada…….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Duhai malam bisu…
Duhai sinar rembulan..
Duhai malam beku…..
Dimanakah kini suamiku…kekasihku…aku merindukanmu….
Ijinkan aku selalu menyusu kasih sayangnya…merasakan hangat dan lembutnya belaian dan senyumannya….
Selarik syair pedih berkibaran dalam dentuman kerinduan hati furi…
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
“masuklah dik,hari sudah malam,ikhlaskan kepergian suamimu..sudah 40 hari sejak surya pergi,kamu masih seperti ini..kasihan surya,dia tidak ingin melihatmu begini terus”
Dengan lembut kakak furi membelai dan mencoba menghibur adiknya….
Furi beranjak…masuk kekamarnya..dipandangnya foto 10 R yang selalu menyambut furi dengan senyum,tiap kali furi memasuki kamar itu….surya…..suami dan kekasihnya…
Yang menunggu furi dalam nirwana hati surya……
Samar..sangat samar…suara baritone surya menelusupi relung-relung hati furi….
“kau terindah..kan selalu terindah..harus bagaimana ku memilikimu….”
Kau pemilik hatiku……………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………