Dedauan putri malu masih meringkuk malas
sisa dingin angin kemarau semalam membuatnya enggan mekar….
Ratri,gadis hitam manis,usia dua puluh delapan tahun,berambut ikal sebahu
dengan gingsul di sela gigi putihnya,perlahan menguntai langkah kakinya….
Setelah dua belas tahun…..hari ini..hari pertama ratri kembali mendapat kemerdakaan
hak asasi hidupnya,melihat ayam berlarian,mobil,motor
saling meraung berlomba memacu menghabiskan hari….
“ibu,aku pulang…..setya adikku,teteh pulang…
setya kau pasti sudah besar,waktu teteh tinggalkan usiamu baru tiga tahun”
Berbisik lirih ratri mengabarkan gembiranya….
bersama membawa rindunya yang telah lebam terkurung waktu.
Dipersimpangan jalan,ratri sejenak ngungun menjuntai Tanya……
“ahh…telah berubah semua…kemana jalan pulang ke desaku..?”
“punten pak,numpang Tanya,kalau mau ke desa cikaso saya harus lewat mana ya…?”
Dengan sangat hati – hati dan sedikit takut
ratri bertanya kepada seorang polisi yang sedang bertugas menertibkan lalu lintas pagi itu.
maklumlah..ratri terlalu trauma berurusan dengan perangkat hukum.
“adek,lurus saja nanti naik angkot yang warna jingga,turun di suka miskin
terus naik angkot lagi warna hijau,turun pasir impun,disitu nanti ada pangkalan ojek
itu kendaraan satu – satunya yang bisa membawa adek ke desa cikaso”
Sedikit panjang lebar bapak polisi itu dengan ramah memberi petunjuk….
‘’adek baru kali ini mau ke desa cikaso…? Mau mengunjungi saudara..?”
“tidak pak,saya mau pulang ,cikaso desa kelahiran dan tempat saya dibesarkan”
Bapak polisi mengrenyitkan dahi…mungkin aneh baginya
seorang dewasa yang lupa jalan pulang…
“lho,kok bisa lupa jalan pulang kerumah
memang adek baru datang dari bepergian jauh..?”
“oh,tidak pak ,hanya biasanya saya bawa kendaraan sendiri dan kebetulan sekarang
saya harus naik kendaraan umum,jadi sedikit bingun
harus naik kendaraan umum yang mana bisa sampai ke rumah saya,terimakasih pak informasinya”
Cepat – cepat ratri berlalu….
“tidak perlu semua orang harus tau kenapa aku sampai tidak ingat dimana jalan pulang kerumahku”
Begitulah celoteh tunggal bathin ratri…
enggan berlama – lama berurai cerita dengan orang yang tidak dikenalnya
walaupun seorang perangkat hukum..
Namun menurut pengalaman pahitnya….
Seorang yang mengerti hukum
belum tentu taat hukum,bahkan sering kali memutar balikkan hukum…
“hemmm…jauh sekali rumahku,aku tidak memiliki uang serupiah pun
hanya kartu ini yang aku punya…aku bisa gratis naik angkutan kota..”
Ratri mencoba berdiskusi sendiri…
“ah,tidak….!! Aku tidak mau semua orang menatapku dengan ribuan pertanyaan
setelah mereka kusodorkan kartu itu…semakin sedikit orang tau dari mana aku,akan semakin baik..”
Berdebat hati ratri…
Hhhhhmmmmmmffffftt….!!
Ratri,menghela nafas..yang tiba-tiba sangat berat..
“aku jalan kaki saja,mengikuti rute yang pak polisi tadi berikan
yang penting aku sampai rumah dan bisa menemui ibu dan melihat adik ku,setya”
Ratri menuntaskan perdebatan hatinya…
Sejauh apa pun,selelah apapun,aku harus sampai kerumah ku..ratri membulatkan tekadnya…
Perlahan..menapaki jalan pulang dengan rimbunan harapan,merebahkan kerinduan….
********************************************************************************
Satu setengah jam sudah ratri mengikuti rute angkutan kota
dengan perut yang mulai terasa lapar karena ratri tidak makan
sejak siang kemarin hingga ratri keluar menyongsong udara bebasnya…
dengan keringat yang telah membasahi seluruh baju lusuh dan lapuk yang di kenakannya
baju yang selama dua belas tahun ini menjadi teman bicaranya saat gelisah rindu menyeruak…
Sampailah ratri di jalan masuk desa cikaso….
“wah,sudah bagus jalan masuk desaku,jalanan sudah beraspal
dulu terakhir aku melihat jalan ini
jika kemarau akan sangat berdebu dan berbatu,jika hujan tiba
mejadi jalanan yang amat becek dan licin
jangankan kendaraan jalan kaki saja harus hati – hati kalau tidak ingin tergelincir”
Setelah beberapa saat ratri melepas lelah dan mengusap telapak kaki yang sudah berdarah
karena sandal tipis ratri tak mampu menahan panasnya jalan raya…
Kembali ratri melanjutkan perjalanannya…
”sebentar lagi sampai dan aku bertemu setya,adik kecil ku..”
Seperti lecutan penghilang lelah,lapar dan haus
kata – kata itu membuat kekuatan ratih kembali berderap.
Satu jam kemudian…
terlihatlah kabut kesayangan yang selalu menyapa ratih
dulu…tiap pagi…dua belas tahun yang lalu….
Ratih tersenyum…..
“aku datang duhai puncak cikaso…
aku kembali datang,aku merindukan panorama kabut dibalik kaca itu,apakah kau juga rindu aku..?”
Bahagia membuncar di sela keletihan ratri kala jalan setapak masuk desa itu dia masuki…….
*************************************************************************************
Riang ria ratri terus memacu langkah…ya satu sebrangan sungai lagi sampailah ratri di istananya
istana beratap jerami,beralaskan tanah….
Yang didalamnya menumpuk kehangatan dan kasih ibu serta adik kecilnya…
Uwa,bibi dan paman-pamannya…
Ratri membayangkan betapa ini kejutan buat mereka….
Senyum menghiasi seri wajah ratri……
saat bayang indah kehangatan keluarganya tergambar…
sejenak lagi ratri akan merangkul bayang itu menjadi kenyataan……
setengah berlari ratri sebrangi sungai bening jantung kampungnya….
satu tombak arah ratri usai menyebrangi sungai…
samar di kejauhan ratri melihat seorang wanita…
“ahhh aku seperti mengenalnya…”
Ratri mencoba mengingat…
Ya…dia weni..sahabat kecilnya,sahabat kentalnya…..
Dengan luapan riang,tari belari…berlonjak…
“weniiii…weniii…!!!!...ini aku ratri…aku sudah pulang wennn…!!!”
Memecah siang yang terik…bahana kebahagiaan ratri….
“kau…kau ratri..!!!...kapan kau pulang..???”
Gugup dan terkejut weni mencoba membalas pelukan ratri….
“hari ini wen….hari ini aku sudah merdeka…!!!..apa kabarmu wen…
kabar ibuku..adik ku..apa mereka sehat-sehat semua..??”
Bagai butiran peluru ratri bertanya……
“ratri..aku baik-baik saja,aku sudah menikah dan memiliki 2 anak…”
Sambil melepas pelukan ratri,weni berucap…
“ratri…sebaiknya kau segera meninggalkan desa ini…cepatlah…
jangan sampai keluarga darman tau kepulanganmu..”
Setengah berbisik,takut dan was-was weni katakan itu pada ratri…..
“apa maksudmu…???...
wen dengar baik-baik,hari ini hari yang kutunggu setelah dua belas tahun….
apa maksudmu dengan semua yang kau katakan barusan…
ini desaku,ibuku,adik ku,semua disini..”
tersendat ratri bertanya….
“sudahlah ratri..aku menyayangimu…..kau sahabatku…aku hanya tidak mau kau celaka,pergilah…!!!!..
lupakan desa ini,rumahmu dan semua kenangan di cikaso..”
“tidak…!!!!..ada apa ini..jelaskan apa yang terjadi..!!..dimana ibuku,adikku…!!”
“katakana wen…katakan.!!!”
Meledak sudah kecewa dan gelisah ratri yang tlah dia simpan dari awal bertemu weni…
dengan sikap weni yang seolah takut bertemu ratri..
Dengan satu hentakan kaki…tanpa perduli dengan larangan weni…ratri berlari…
Terusss….satu tujuannya rumah…ya rumahnya….
“ratriiiiiii…!!!! Jangan keras kepalaaaaa..!!!..jangan kau pulang kerumahmu…!!!
Pergilah...keluar dari desa ini…kau sudah tidak bisa temui siapa-siapa lagi disiniiiii….!!!”
Sayup…terbawa semilir bayu…menghilang suara weni….
“aku tidak perduli wen…aku ingin bertemu ibu dan adik ku..!!!”
Rutuk ketus bathin ratri….
Tak perduli lapar dan lelahnya…ratri berlariii…terusss……berlari…..
******************************************************************************
Tepat diatas bukit,berhadapan dengan puncak cikaso..ratri berhenti….
Mematung….dengan nafas tersengal dan keringat bercampur darah dari telapak kakinya…
Ratri melihat puing..ya puing istananya…
Istana yang dua belas tahun ini amat dirindukannya….
Istana dimana kehangatan itu selalu melambainya…mengajaknya untuk pulang….
Dan Telah menjadi arang sisa pembakaran…
*****************************************************************************
Sejenak…seperti diingatkan sesuatu…ratri berteriak…
“ibuuu..ibuuu…setyaaa..dimana kaliannn…ini aku..ratri..aku pulaanggg…!!!”
“ibuuuuuu…ibuuuu…setyaaa..teteh pulanggg..!!!
Terus ratih berteriak…sambil memutari puing-puing istananya…
Heninggg…bekuuu….
Tak terdengar satu aksara jawaban dari ibu dan adiknya…..
“paman..bibi..ya…. paman,pasti ibu dirumah paman”
Berputar arah ratri berlari menuju tiga rumah dari puing istananya….
****************************************************************************
Diketuknya pintu kayu cat hijau itu…dengan tergopoh…
“paman…!! paman …!!! ini aku ratri..paman…kemana ibu dan adik ku..!!!”
Pintu terkuak…dengan wajah tiba-tiba pias sang paman menarik ratri masuk….
“ratri..!!!..kau ratri..kapan kau bebas…??”
“hari ini paman…paman tolong katakan apa yang terjadi dengan rumahku..??
Kemana ibu dan adik..?”
“jangan berteriak ratri..cobalah untuk tenang,semua sudah terjadi..”
“apa maksud paman..?”
Bibi ratri datang,membawa segelas teh hangat..
“minumlah dulu,makan dan setelah itu tinggalkan desa ini,jangan libatkan kami
aku dan paman mu tidak mau terimbas masalahmu,maafkan kami ratri”
Pelan sang bibi berucap…melepas dilema antara rasa takut dan kasihan kepada keponakan mereka itu…
“ada apa paman ceritakanlah…aku siap..siap mendengar semua….”
“ratri..setelah peristiwa malam itu,setelah kau di bawa kekota untuk mempertanggung jawabkan perbuatanmu
budiman murka…..
rumahmu di bakar…isi rumahmu pun turut di hanguskan..”
“dan budiman telah mengancam,siapa saja yang berani menerimamu setelah kau bebas
akan bermasalah dengan budiman…kau pasti faham siapa budiman
dia berkuasa di sini…kami dan siapa pun warga desa ini tidak ada yang berani menentang itu”
Seperti terbakar tenggorokan rati…
Nama itu..budiman…mengingatkan sembilu yang merejam….
Kelu lidah ratri….
“paman,ibu dan adik ku mana…?”
Paman ratri menunduk….mendadak menjadi gagu…
Bibi ratri perlahan mendekap ratri,membelai gadis ayu hitam manis itu…
“paman,bibi..aku mohon…ceritakan semua…katakan dimana mereka ibu dan adik ku setya….???”
Hening….suasana bagai lelagu kematian…..
*****************************************************************************
Senja mulai meremang..ratri…bagai penembang kecapi luka…
Duduk di cecadasan batu…dialiran sungai ,yang dulu…
dulu sekali tempat ratri dan adiknya bercengkrama…
Gemericiknya membawa dalam larung kisah pahit manis jalan takdirnya….
Ratri terlahir dari keluarga yang amat sederhana,namun orang tua ratri mengajarkan ketegaran
kejujuran dan kedekatannya kepada sang pencipta…
Ayah ratri seorang petani garapan di sawah milik juragan budiman kepala desa yang amat berkuasa di desa itu.
Ibu ratri membantu suaminya disawah garapan suaminya
Walau mereka tidak mengenyam bangku sekolah mereka ingin ratri mendapat pendidikan yang tinggi
ratri masih sempat melanjutkan hingga bangku SMU.
Saat usia ratri menginjak lima belas tahun,ibu ratri mengandung anak keduanya….
Senang sekali rasanya ratri,selama ini ratri memang menginginkan memiliki seorang adik….
Dan alangkah bahagia keluarga ratri,ibu ratri melahirkan anak lelaki dan di beri nama setya anugerah.
Namun sayang kebahagiaan itu hanya berjalan sesaat,setelah usia satu tahun adik ratri terlahir..
Ayah ratri harus pergi manghadap yang kuasa….
Dan sampai saat ini pun ratri tidak tau pasti penyebab kematian ayahnya….
Hanya yang ratri pahami,saat itu ayah ratri menentang keinginan juragan budiman
untuk melakukan penerapan ijon di sawah – sawah milik para masyarakat desa….
Ayah ratri,seorang yang tegas..walaupun hidup dalam kesederhanaan
ayah ratri tidak pernah sudi untuk mengikuti semua cara kerja juragan budiman
bila itu dianggapnya akan menyengsarakan warga lain….
Saat itu juragan budiman amat marah dan memanggil ayah ratri datang menemuinya…
Sepulang dari rumah juragan budiman wajah dan tubuh ayah ratri sudah penuh dengan lebam dan luka.
Saat ratri dan ibunya menanyakan sebab keadaan ayahnya
sang ayah hanya mengatakan terjatuh dari sepeda sepulang dari kediaman juragan budiman.
Itulah malam terakhir ratri merasakan belai ayahnya….
Menjelang subuh ayah ratri pergi untuk selamanya…..
******************************************************************************
“nak,setelah ayahmu tidak ada masih mampukah ibu membiayaimu terus sekolah..”
sambil menggendong setya sang ibu membuka pembicaraan..
“sudahlah bu,kalau memang ratri tidak bisa meneruskan sekolah tidak apa-apa,ratri bantu ibu disawah saja”
“maafkan ibu ya nak..”
“ibu…aku anak tertua,aku yang akan bekerja untuk ibu dan setya”
Sambil memeluk ibunya..ratri ucapkan itu…
Maka mulai hari itu ratri bekerja di tanah garapan juragan budiman,menggantikan ayah ratri…
Sawah-sawah juragan budiman sangat luas,dan sebagai pengawas pekerja
budiman menempatkan salah satu anak lelakinya yang bernama ujang..
Lelaki berusia dua puluh lima tahun,yang memiliki kekejaman yang sama dengan ayahnya…
“hei..kamu ratri ya anak pak jaka..”
‘iya juragan muda,saya menggantikan ayah saya”
“alah…bisa apa kamu…???”
“saya bisa apa pun yang harus dikerjakan di sawah ini juragan..”
Keras ratri menjawab….
“ooowww…apa saja bisa ya kamu kerjakan..?..
kalau kamu saya minta memuaskan saya apa kamu juga bisa..?”
Tengil,si juragan muda mulai mengumbar mata liarnya.
“maaf juragan,saya katakana bisa mengerjakan sawah bukan memuaskan juragan”
Muak sekali ratri ….
“kalau saya yang memerintahkan,apa kamu masih bisa menentang”
Kebengisan juragan muda mulai teraksara…
Saat itu waktunya para pekerja sudah pulang dan ratri sengaja di panggil juragan mudanya…
Di saung tempat juragan ujang selalu duduk mengurusi
dan memandori para pekerja itu hanya ada ratri dan juragan ujang.
Haripun sudah menuai gelap…..
“juragan,kalau sudah tidak ada lagi yang mau dibicarakan ,saya mohon ijin pulang”
Entah tiba-tiba menelusup perasaan tidak enak di hati ratri….
“saya tidak ijnkan kamu pulang..!!”
Bentak si juragan….
dengan sekali rengkuh ditariknya ratri kedalam pelukan beringas juragan ujang..
“apa yang juragan lakukannn!!...hentikan..!!!’
Ratri mencoba meronta dalam pelukan ujang….
“berontaklah semampumu gadis kampung..!!!!....dasar tidak tau di untung,
harusnya kamu bersyukur keluarga budiman maih ijinkan kamu bekerja di sawah kami…..
berani menentang keluarga budiman ???...sengsaralah hidup kalian…!!!”
“apa kamu juga ingin punya nasib seperti ayah mu gadis bodoh…!!!”
Sembari merobek sebagian baju ratri ujang terus memaki…
“juragan mengancam saya..????”
“apa yang kalian perbuat pada ayah saya…!!!!”
Tiba-tiba terlintas misteri kematian ayahnya ,ratri meradang,mendengar ancaman ujang….
“katakan..!!!..apa yang kalian lakukan pada ayah saya…!!’
Ratri gadis pembrani yang sangat menyayangi ayah,ibunya…tersulut lukanya….
“diam kataku..!! jangan membentak…!!”
“kalau kamu tidak berhenti berteriak ,aku akan siksa kamu sampai mati seperti ayahmu…ha,…a…ha…ha.!!!”
Dengan tangan kekarnya,ujang terus menggerayangi tubuh ratri yang sudah setengah tidak berbusana itu…
”hentikan..!!! pecundang…!!! Pembunuh..kau yang bunuh ayahku..!!!”
Ujang semakin beringas,setan telah merasuki jiwanya…
Ujang mulai melepas juga busananya….
Matanya memerah,nafasnya tersengal nafsu iblisnya…..
“bajingan kamu ujang…!!!!..kalian sekeluarga memang binatang..!!!”
Terluka harga diri ratri,tesembilu hatinya…dengan pengakuan ujang, menerima perlakuan ujang…
Ratri sekuat tenaga melepas gumulan ujang…
Ratri berusaha berlari dengan tanpa berbusana……
“perempuan bodoh..!!!..mau lari kemana kau..!!”
Ujang menerkam kembali tubuh ratri…
Ditengah pematang sawah yang berlumpur..
Ratri sekuat tenaga mempertahankan kehormatan dan harga dirinya….
Ratri terus memberotak,sekuat tenaga….
“tuhan..tolong hambamu ini,lindungi hambamu…dari binatang bertubuh manusia ini”
Terurai doa lirih diantara kepasrahan ratri….
Ratri tlah lunglai…..
“tidak..!!! aku tidak boleh menyerah..sampai matipun,aku akan pertahankan kehormatanku”
“dia atau aku yang mati..!!!”
Sumpah hati ratri….
Dan entah kekuatan dari mana yang datang..
saat ujang telah siap ingin merejam kehormatan gadis muda itu
dengan tiba-tiba….
Ratri bangkit…seperti singa lapar….
Di raihnya potongan bambu tajam yang ada disebelahnya…….
“kau yang mati biadab..!!!!!”
Dengan sekali ayun di hunjamkannya tepat di dada ujang….
Craaaaaatttttttt….!!!
Seketika darah berhamburan keluar….
Ujang yang sudah terasuki nafsu tidak siap dengan serangan mendadak dari ratri….
Dengan dada yang sudah tertancap bambu,ujang berusaha bangkit….
“perempuan sial…!!!!”
“kamu yang sial..!!! kamu yang akan mati ditanganku…!!!”
Sekali lagi ratri meraih bambu yang memang tertumpuk disebelah arena pebuatan menjijikan ujang….
Tak kalah beringas,ratri kembali hunjamkan di bagian perut ujang…
“rasakan ini…ini untuk membalas kematian ayahku…!!!”
Bertubi-tubi,ratri merobek perut ujang,hingga usus ujang berburaian…
Uajang menggeliat kesakitan…..
“perempuan laknattt…”
Lirih tersendat menahan nyeri ujang masih sempat memaki….
Sekilas ratri melihat batu tumpuan aliran air…
Dengan sekali loncat di antara lumpur pekat,ratri meraih batu itu…
Dengan dendam dan tanpa ampun..
Ratri hantamkan berkali-kali batu itu di kepala ujang…
Hingga kepala itu hancur…..
Lumpur hitam bercampur darah…usus berburaian…….
Ratri masih berdiri..bagai lukisan …menatap mayat ujang dengan amarah menyala..
tak disadarinya tubuhnya yang tidak mengenakan selembar benang pun
tubuh itu telah berbalut lumpur dan cipratan darah ujang…
di depan ratri,tergeletak tubuh juragan muda yang telah menjadi mayat
dengan kepala hancur dan usus bertaburan….
Ratri tak mampu menterjemahkan apa yang tersirat di benaknya…
******************************************************************************************************
Lima belas menit berlalu..ratri masih mematung kelu di kubangan lumpur bercampur amisnya darah….
“itu juragan.!!!..itu…!!! ratri sudah membunuh juragan muda..itu disitu…!!!!”
Tiba-tiba gemuruh suara dan sinar-sinar obor sudah mengepung tempat ratri masih berdiri
tanpa busana hanya lumpur yang membaluti tubuh gadis itu….
Ratri terkejut…dari mana orang-orang ini..??
Kenapa saat tadi ratri butuh pertolongan mereka tidak ada untuk membantu….
jangankan membantu…bahkan mendekatpun mereka tidak bernyali…
mungkin justru pergumulan itu menjadi tontonan mengasyikkan dari balik semak - semak ,buat mereka….
Dan..sekarang mereka datang…menghakimi….
Bagai pahlawan yang ingin menjilat kebaikan dari seorang budiman..juragan kaya yang kejam..!
“ratriii..!!! apa yang terjadi…!!! Apa yang kau lakukan dengan anakku…!!”
Menggelegar murka budiman…..
“beraninya kau bunuh anakku….perempuan laknatttt….bantai wanita jalang ini…!!!”
Instruksi budiman kepada warga yang mengantarnya ke persawahan itu…
“aku bunuh dia karena dia sudah bunuh ayahku…!! Kalian,kamu budiman..kalian bunuh ayahku..!!”
“dan dia ingi perkosa aku..!! seperti binatang dia ingin perkosa aku..dia sudah memiliki istri…
dia kejam seperti kamu budiman..!! manusia berhati iblisss..!!”
Pllllaaakkkkkkkkkkkkkkk….!!!!
tamparan sangat keras mendarat di wajah ratri…
“nyawa bayar nyawa…!!!!...kaupun harus mati..!!!”
“kenapa kalian diam saja..??? apa kalian juga akan menentang saya..???”
Budiman menghardik para warga…
Pada dasarnya para warga merasa iba dengan ratri..
Dan tanpa warga sadari hati kecil mereka mensyukuri kematian ujang…
Pemabuk,penjudi….kejam…arogan..
Dan Tidak sekali dua kali ujang memperkosa para gadis desa..
Menganiaya,para orang tua yang ingin memprosesnya ke jalan hukum yang berlaku…
Namun karena rasa takut, para korban hanya diam kala setumpuk uang telah ditawarkan
sebagai perdamaian dari pihak keluarga budiman..
Karena yang mereka tau,apapun kejahatan budiman dan keluarganya tidak pernah tersentuh hukum…
Segalanya akan terselesaikan dengan setumpuk uang…
“siapa saja yang membela ratri…akan berhadapan dengan saya..!!! dan keluar dari desa ini..!!!”
Takut dengan ancaman budiman..serta merta para warga berhamburan turun kelumpur…
..ratri…di hakaimi secara anarkis…di pukul…di maki…di lukai….
Ratri berserah…tenaganya tidak mungkin cukup untuk melawan massa yang berpuluh orang itu…
Dan ratri juga tidak ingin memohon belas kasih….
Ratri tidak ingin ada warga yang harus sengsara karena melindungi dan membela ratri…
“tuhan kalaupun aku harus mati..aku ikhlas..ampuni dosa-dosaku,lindungi ibu dan adikku”
Sesaat kala ratri merasa sudah tidak sanggup dengan deraan pukulan..
hanya doa itu yang sempat dititipkan pada langit….
*********************************************************************************************
Sayup terdengar bisikan lembut ditelinga ratri..
“bangun anakku…ibu disini..”
Suara itu..suara yang sangat dirindukannya tadi malam
suara yang sangat diinginkannya ada untuk sekedar memberi kekuatan pada diri ratri yang
Direjam pukulan..lahir batin…
“ibu…aku dimana..?”
Ratri sekuat tenaga membuka mata dan mengumpulkan suara…
“dibalai desa nak..tadi malam setelah weni mengabarkan kau disiksa
budiman dan warga di persawahan
ibu lari kekantor polisi di desa sebelah
Mereka datang menghentikan pembantaian itu,kau sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri…
ahh anak ku ,ibu pikir kau tak akan terbangun lagi untuk selamanya..”
terisak ibu ratri sambil membelai kepala anak gadisnya..perih hati ibu melihat tubuh ratri yang terluka dan lebam.
“saudari ratri,segera bersiap diri,kita akan bawa saudari ke kota
untuk pertanggung jawabkan perbuatan saudari”
Dua orang polisi datang menemui ratri dan ibunya…
“mau di bawa kemana anak saya pak polisi..?”
“ratri masih terluka,apakah saya boleh ikut menemani”
Ibu ratri memohon kepada polisi….
“sudahlah bu..ratri tidak apa-apa sendiri,ratri kuat”
“ibu disini saja,jaga setya,tidak usah fikirkan ratri sampai ratri pulang,jaga kesehatan ibu dan setya”
Ratri tidak ingin ibunya ikut menderita apa lagi saat itu setya masih berusia tiga tahun….
Dengan tertatih..ratri bangkit dari tempatnya berbaring,lumpur tlah mengering di tubuh ratri
juga darah bekas pukulan warga tadi malam ..
Ratri mengenakan blues milik ibunya…ya blues itu yang kini dipakainya setelah dua belas tahun berlalu…
“ibu..ratri pergi dulu..ratri secepatnya akan pulang..ibu jaga adik ya..”
“maafkan semua perbuatan ratri bu..ratri hanya membuat susah ibu”
Dengan bersujud ratri pamit kepada ibuya ,sesaat sebelum kedua tangan ratri di borgol..
Ratri sempatkan membelai wajah ibunya…mencium kening ibunya dan memeluk ibunya….
“hati-hati anak ku,jadilah wanita yang kuat,kau sendiri dan kita miskin,tapi yakinlah kebenaran itu pasti indah”
Sang ibu mencoba memberi kekuatan kepada anaknya…
Itulah terakhir ratri membelai dan mencium wajah ibu dan adiknya..
Orang-orang yang sangat ratri sayangi…
“Ibu,,setya tunggu ratri pulang….
Janji hati ratri….
Sebelum meninggalkan desa kabut tercintanya…
Cikaso….
***************************************************************************************************
Cengkeram hukum telah menelan kemerdekaan ratri….
Dengan segala pembelaan diri,dengan alasan “membela diri”
Atau apa pun…
Ratri tidak mungkin bisa lepas dari jerat hukum….
Dua belas tahun kurungan…
Bagai godam yang menyambar dinding hati pedih ratri…..
Dua belas tahun,hukuman bagi ratri yang ingin mempertahankan kehormatannya…
Dua belas tahun dan hinaan ,hukuman bagi seorang wanita berusia tujuh belas tahun…
Demi membalas kematian ayahnya….
“pembunuh kejam”
Julukan bagi ratri,wanita pembrani yang tidak pernah tergiur dengan setumpuk uang…..
********************************************************************************************
Malam sudah mulai menebarkan gelapnya…
Ratri tetap terpekur di cecadasan batu sungai…
Air mata sudah mengering…
“aku tidak akan tinggalkan desaku…tanpa keadilan..”
Ratri segera beringsut..berdiri dari cecadasan…
ratri menyusuri jalan desa….
Sunyi sekali…
Kabut seolah mengantar lelah para warga desa menuju rahim malam….
Sejenak ratri berhenti berjalan..
Dari kejauhan ratri melihat sebuah rumah yang lain dari rumah penduduk umumnya…..
Rumah yang sangat benderang,mewah…sangat mewah untuk ukuran penduduk desa cikaso…
Kediaman juragan budiman bersama ke tiga istri dan sembilan anak,cucu serta menantu juragan budiman.
“hemmmm…budiman,kau renggut kehangatan dan kebahagiaan keluargaku..
Sedang kau tertawa di atas tangis kami..”
Rutuk bathin ratri,penuh dendam….
********************************************************************************************
Ratri menggedor rumah termewah di desa itu…
Sayup ratri mendengar tawa canda keluarga budiman…
Seperti dulu,ratri dan keluarganya lakukan saat malam menjelang….
Sempat ratri mengintai dari balik horden ruang keluarga budiman…
“yahhh…mereka lengkap berkumpul…”
Tanpa sedikitpun rasa takut,seperti layaknya warga yang ingin menemui budiman
Ratri mengetuk kencang pintu rumah budiman..
“permisiii…permisiiii…!!”
Terdengar langkah-langkah mendekati pintu….
Pintu terbuka…
“cari siapa..?”
Jawab lelaki beruban dengan sorot mata mengingat…..
“masih ingat saya juragan..?”
“saya,ratri yang telah membunuh anak kesayangan juragan..
masih belum pikun kan juragan mengingat saya..?”
Jawab Ratri dengan tenang dan mata menatap tajam kearah juragan budiman….
Seketika merah padam raut budiman…
“kau..kau ratri…!!..perempuan iblis yang sudah membunuh anakku,,!!”
“beraninya kau datang ke desa ini dan menginjakkan kaki dirumah ku..!!!”
“apa yang harus saya takutkan juragan…negara saja sudah melepas saya dan tidak melarang saya datang kemanapun…”
Lembut dengan senyum manis ratri menjawab…
“lancang kamu ratri..!!! sudah lupakah kau akan siksaan warga padamu…!!????
Apa malam ini kau ingin rasakan lagi…!!???”
Arogan budiman menghardik ratri.
“tidak juragan,saya tidak akan lupa itu..”
“bahkan saya tidak akan lupa luka lebam di sekujur tubuh ayah saya karena penganiayaan juragan dan anak juragan”
Tajam mata ratih menghunjam tatapan juragan budiman…
“ha..Ha… ha… ha… ha…baguslah kalau begitu…maka cepatlah kau enyah dari hadapanku…enyah dari desaku..!!!”
Budiman terbahak menertawakan kibiadabannya….
Masih dengan berkacak pinggang di tengah pintu mewahnya…..
Ratri tersenyum..
Dengan ironinya…ratri membelai punggung tangan juragan budiman….
“.saya juga akan selalu simpan cerita tentang pemerkosaan juragan terhadap ibu saya,di depan adik saya
saat saya di penjara,saat ibu saya menangisi kesusahan hidupnya
juragan datang,untuk memberi pinjaman yang ibu saya minta siang itu,karena adik saya terkena demam berdarah
dan…dihadapan adik saya yang sudah sekarat,bukan uang yang juragan berikan…
juragan paksa ibu saya melayani nafsu iblis juragan….
Setelah itu juragan tinggalkan ibu saya dalam kesakitan…dan adik saya yang terkapar….
Juragan bakar rumah saya,ibu dan adik saya..”
Ratri berucap itu dengan girisan batin yang menyayat….
Sembari terus membelai punggung tangan budiman….
Mata ratri tak lepas menatap penuh dendam…
“ooohhh…..kau sudah tau rupanya cerita itu…terus,apa yang akan kamu perbuat gadis bodoh..!!”
“memenjarakan aku..!?”
“melaporkan aku..??..apakah ada saksimu..?? apakah kau bisa lakukan itu..??!!!”
Ejekan budiman terhadap ratri..
Ya ratri faham,tidak akan ada yang mau menjadi saksi,dan uang budiman berlebih hanya untuk sekedar
Mengatakan..
“pak polisi,ibu ratri mati terbakar bersama rumahnya..kecelakaan murni..”
“tidak juragan saya tidak akan lakukan itu..saya dan warga desa ini tidak akan
Ada yang sanggup melakukan itu”
Datar suara ratri….
“baiklah juragan,saya pamit dulu,saya kesini hanya ingin melihat
apakah keluarga juragan masih komplit dan sedang berkumpul bersama”
“dan saya senang ternyata malam ini keluarga juragan sedang berkumpul,lengkap”
Tetap dengan senyum manisnya ratri berpamitan….
Juragan budiman hanya diam dengan mata melotot…
“tinggalkan desa ini sejauh yang kamu bisa wanita sundel..!!!
Jangan tampakkan wajahmu lagi di desaku..!!”
Ratri hanya menoleh sesaat…
Perlahan…
Ratri tinggal kan halaman rumah juragan budiman…
Sebelum keluar dari gerbang utama kediaman budiman..
Ratih memasukkan tangannya kedalam saku bajunya…
Di keluarkanlah sekotak korek api batangan…
Dinyalakan…
Dan…….
Wushhhhhhhhhhh….wusssshhhhh…..!!!!
Sesaat,kilatan api,menerjang kediaman budiman….
Ratri sudah menjauh..menuju bukit pekuburan ayah dan ibu serta adiknya….
Dari atas bukit itu ratri mendengar ledakan…
“bummmmmmmm…bummmm..bummmmmmm…”
Asap mengepul…
Tepat dilokasi kediaman budiman…
Ratri tersenyum……
Di atas gundukan tanah..
Berjajar tiga pemakaman orang-orang yang ratri cintai…
“ayah,ibu,setya..air mataku tlah kering..aku sudah tidak bisa menangis,aku tau ayah dan ibu pasti tidak senang
Dengan apa yang barusan aku perbuat kepada keluarga budiman,namun buatku inilah keadilan itu
karena hukum dunia tak mampu menyentuh juragan budiman
bukan Cuma keluarga kita yang sudah menjadi korban kezaliman
budiman dan keluarganya,tapi semua warga…
ayah ,ibu..aku akan tinggalka desa ini,maafkan aku”
***********************************************************************************************
Dengan rasa puas ratri menuruni bukit pekuburan itu..
Bergegas meninggalkan desa itu…
Sudah tengah malam,namun desa cikaso,tiba – tiba menjadi riuh rendah….
Beberapa mobil patroli polisi sudah berdatangan…
Seorang polisi menanyakan kepada warga..
Ingin tahu kejadian sebenarnya…
“bagaimana peristiwanya rumah juragan budiman dan keluarganya bisa ikut hangus di dalamnya”
Tanya polisi heran…
“ada beberapa tabung gas lima kiloan pak yang berserakan di sekitar rumah juragan”
“hemmmm…di desa ini Cuma juragan budiman yang berjualan tabung gas …
Sekarang budiman menjadi korban barang jualannya sendiri…”
Kepala desa itu,juragan budiman,orang terkaya dan berkuasa di desa cikaso..
Mati bersama seluruh keluarganya
Di hari kebebasan ratri…..
Tidak ada saksi,tidak ada bukti..
Yang mengarah pada pelaku pembunuhan berencana keluarga budiman..
Polisi lelah menyelidiki…
Hasil yang di peroleh…
ledakan di kediaman juragan budiman yang menewaskan seluruh keluarganya
“MURNI KECELAKAAN”
**************************************************************************************************
Ratri..gadis yatim piatu,pembunuh kejam,resedivis...
Semua status itu dia dapat karena kondisi…
Dengan kelegaan …terus berjalan meninggalkan desa cikaso…
Tepat di pintu keluar desa..
Disebuah sungai yang airnya mengalir deras
Ratri mengeluarkan kunci letter T,alat yang dipergunakan ratri
Untuk membuka gudang penyimpanan gas milik budiman.
Dan korek api batangan yang ratri gunakan untuk menyulut gas-gas yang telah ratri letakkan
Di sekeliling rumah budiman…di bukanya gas-gas itu…..
Dan…tamatlah budiman beserta keluarganya…
Telah dini hari..
Ratri keluar dari kampung cikaso….
Berjalan kembali kearah yang sama saat ratri datang….
Ratri hanya ingin pulang ketempat dua belas tahun ratri berada…
LEMBAGA PEMASYARAKATAN…atau lebih dikenal dengan sebutan ..
“PENJARA”
Selamat tinggal kebebasan…
Aku sudah tidak punya rindu dan air mata….
Aku sudah tidak punya tempat untuk pulang….
Hanya penjara tempatku berteduh………
Senyum dingin terdendang di bibir pucatnya…
“ibu,aku ingin bernyanyi…
Untukmu ,ayah dan setya….
Ini nyanyian batu ibu….”
“HUKUMAN SEUMUR HIDUP UNTUK RATRI ATAS PERBUATAN PEMBUNUHAN SEPULUH ORANG YANG DIRENCANAKAN”
********************************************************************************************************
Tidak ada komentar:
Posting Komentar